MEDANPimpinan tertinggi gereja Huria Kristen Batak Protestan ( HKBP ) diminta untuk mengambil silap atas persoalan HKBP Pabrik Tenun di Jalan.Pabrik Tenun, Medan Petisah.
Hal itu disampaikan, Dwi Ngai Sinaga Kuasa Hukum perwakilan jemaat Gereja HKBP Pabrik Tenun kepada wartawan, Senin (27/06/2022).
Dipaparkan, Dwi insiden di hari Minggu (26/6/2022) merupakan tindakan yang sudah dilakukan beberapa kali oleh jemaat, yang sebelumnya sudah melakukan beberapa kali protes terhadap pendeta yang menjabat.
Timbulnya persoalan di HKBP Pabrik Tenun dimulai ketika pergantian sintua/ penatua tanpa adanya rapat parhalado, hinggs muncul isu yang berkembang kalau ada korupsi terkait perluasan Gereja.
Ia menjelaskan bahwa pergantian 10 sintua, dinilai tidak tepat waktunya sebelum pesta gotilon. Pesta gotilon merupakan prosesi syukuran oleh jemaat gereja.
“Waktu itu, ada mereka menawarkan satu lahan untuk pembebasah gereja itu sebesar lebih kurang Rp 2 milyar dikarenakan uang kas tidak cukup dan dipakailah uang jemaat. Jadi mereka meminta, jangan diganti pendetanya, karena ada pesta gotilon, karena gereja ada mengutang kepada jemaat. Saat pesta gotilon itulah, uang jemaat dikembalikan,” jelasnya.
Lalu, puncak dari perlawanan para jemaat adalah pada Sabtu 21 Mei 2022 dimana ketika para jemaat melakukan latihan ibadah untuk hari Minggu, secara tiba-tiba pihak kepolisian datang dan mengamankan puluhan jemaat Gereja.
Lebih lanjut, Dwi Ngai Sinaga sangat menyayangkan atas terjadinya penangkapan kepada jemaat yang terjadi pada tanggal 21 Mei 2022.
“Pendeta Romundang tidak menunjuk pelayan ibadah pada hari minggu. Dengan inisiatif dari sintua dan pemain musik untuk latihan persiapan hari minggu. Akibatnya, beberapa sintua dipanggil ke Polda Sumut dan disusul dengan datangnya sejumlah personil kepolisian menangkap jemaat sebanyak lebih kurang 30 orang digelandang ke Polda Sumut. Akibatnya ada jemaat yang mengalami depresi hingga harus dirawat ke rumah sakit,” paparnya.
Sebanyak lebih kurang 30 orang jemaat yang digelandang polisi, dinilai telah menghalangi kegiatan ibadah. Hal itu menjadi puncak permasalahan dan membuat jemaat tidak terima atas tidakan yang dinilai tidak manusiawi.
“Pertama mereka dianggap sebagai provokator menghalangi kegiatan ibadah. Mereka disuruh membuat surat pernyataan di Polda Sumut, agar tidak mengulangi perbuatan tersebut ,” ucap Dwi.
Tidak sampai disitu saja, pasca penangkapan tersebut, jemaat mulai melakukan protes dengan cara meninggalkan prosesi ibadah minggu, ketika Pendeta Romundang Sitorus naik mimbar pun dinilai tidak menghormati ibadah.
“Sebenarnya tidak, gereja berdiri atas bersatunya jemaat hingga terbangun gereja yang besar. Setelah gerja terbangun, ada keluhan jemaat, namun tidak diindahkan. Mereka sudah menyurati Distrik, bahkan Ephorus, hingga aksi damai di Distrik. Jangan dibilang jemaat tidak menghormati Ibadah,” cetusnya.
Dwi Ngai Sinaga berharap para petinggi Distrik khususnya Ephorus mendengar keluhan jemaat dan memberi solusi terbaik.
“Seharusnya Ephorus sigap melihat ini, beri solusi dan lakukan investigasi sesuai fakta yang ada. Jangan bilang jemaat merusak nama HKBP ,” harapanya.
Sebagai kuasa hukum jemaat, Dwi Ngai Sinaga akan mengambil langkah dengan mengirimkan surat ke Ephorus untuk dilakukan audinsi.
“Langkah kedepan, kita akan surati Ephorus untuk audiensi. Tidak tidak ada tanggapan Ephorus, kita akan lakukan gugatan ke Pengadilan,” katanya.
Dwi sebagai kuasa hukum para jemaat gereja ini pun menyayangkan kepimpinan HKBP yang tidak sigap dalam menganggapi tuntutan para jemaat.
” Harapan jemaat sederhana, tidak memilih siapapun, mereka minta ganti pendeta yang baru,” harapnya.
Sebelumnya, puluhan jemaat gereja HKBP Pabrik Tenun yang alamat di Jalan Pabrik Tenun, Kecamatan Medan Medan Petisah kembali mengelar protes dengan cara ke luar saat saat pimpinan gereja Pdt.Rumondang Sitorus hendak berkotbah dalam ibadah Minggu pagi.
“Kami jemaat merasa buat apa kita mendengarkan pengkhotbah yang selalu melakukan boleh saya katakan pembohongan pembohongan juga berlawanan dengan hati nurani kita,” ujar Bemhur Marpaung, salah satu jemaat gereja HKBP Pabrik Tenun, Minggu (26/6/2022).
Bemhur mengatakan aksi itu dilakukan puluhan jemaat karena mereka tidak setuju dengan kepemimpinan gereja saat yakni Pdt. Rumondang.
Para jemaat kata Bemhur hanya meminta agar Ephorus sebagai pimpinan gereja HKBP segera menganti Pdt. Rumondang sebagai pimpinan Gereja HKBP Pabrik Tenun.
“Yang kami tidak setuju dia melakukan pengangkatan bendahara dan sekretaris Huria yang dimana katanya sudah dilakukan sudah berdasarkan rapat jemaat. Padahal mereka diangkat sebulan sebelum rapat Huria. Jadi kami minta agar beliau diganti jangan sebagai pimpinan HKBP Pabrik Tenun itu saja,” tutur Bemhur.
Penulis : ROM
Editor : Freddy Siahaan