SIANTAR
Di tengah perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020 di Kota Siantar menyita perhatian. Sebab Pilkada sekarang merupakan sejarah baru karena untuk pertama kali hanya ada satu Pasangan Calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Siantar, yaitu Ir Asner Silalahi MT dan dr Susanti Dewayani (PASTI). Seiring itu, banyak orang berdebat soal untung dan ruginya kota ini dipimpin Walikota defenitif dan Penjabat Sementara (Pjs).
Menjawab itu, Robert Pardede, seorang pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas (Kadis) Perhubungan Kabupaten Simalungun, Kadis Pariwisata Kabpaten Tobasa dan pernah di Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional) mengatakan, jabatan Walikota definitif memiliki visi dan misi serta keleluasaan melaksanakan pemerintahannya. Sedangkan Pjs Walikota yang dihunjuk Gubernur melalui Kementerian Dalam Negeri, memiliki keterbatasan dan sifatnya hanya menjalankan roda pemerintahan. Pjs sendiri jelas tidak memiliki visi dan misi pribadinya.
Oleh karena itu, bagi Robert Pardede, agar Kota Siantar ini maju maka lebih berpeluang di tangan Kepala Daerah definitif. Karena alasan itu, baginya, masyarakat Kota Pematangsiantar lebih baik memilih pasangan calon yang ada, yakni Asner -Susanti. “Kota Siantar sangat rugi kalau tidak dipimpin oleh walikota definitif. Karena jabatan Pjs biasanya cuma setahun, dan kalau pimpinannya tidak suka bisa diganti setiap tahunnya,”ujar Robert.
Robet menambahkan kerugian paling besar adalah proses Pemerintahan termasuk mengharmoniskan dengan DPRD, membina (mengawasi) ASN, proses APBP termasuk P-APBD, dimana dalam pelaksanaannya kalau definitif bisa langsung dikerjakan sementara jika Pjs tidak leluasa. “Pjs hanya melakukan regulasi semata tidak bisa melakukan kebijakan terukur (sangat terbatas),”ujarnya.
Asner – Susanti, di mata pria yang pernah mencalonkan Wakil Walikota Manado ini, merupakan pasangan petarung yang dipersatukan Tuhan untuk memimpin Kota Siantar. Pengalaman Asner -Susanti puluhan tahun bekerja di dunia birokrat sebagai ASN memiliki kriteria sangat layak untuk memimipin Kota Siantar. Dimana Asner Silalahi pensiun dini dari Kementerian PUPR dan dr Susanti juga pensiun dini dari ASN sebagai dokter spesialis anak. “Dua-duanya bekerja di instansi dengan akademik yang baik,”tambahnya.
Dalam konsep membangun kota, Robert menegaskan Asner diyakini dapat melakukannya karena sudah berpengalaman dan lama bergerak di infrastruktur serta dalam membangun infrastruktur segala bidang, Asner pasti mampu termasuk dalam peraturan.
“Infrastruktur tidak semata fokus dengan jalan tapi penataannya juga harus tepat. Kita harus tau infrastruktur itu ada 3, yaitu infrastruktur keras, infrastruktur non fisik dan infrastruktur lunak itulah semacam peraturan dan lain sebagainya,”tegas Robert.
Robert mengatakan seorang Asner sudah menjiwai dan memaknai apa infrastruktur itu yang akan dibawa dan diadopsinya ke Siantar. “Itu sudah pasti karena saya yakin dia sudah 28 tahun berkecimpung di bidangnya,” ucapnya. Kemudian dr Susanti juga seorang petarung. Susanti akan melihat penyakit pemerintahan dan akan membenahi itu semua. Ibarat seorang dokter melihat penyakit anak-anak. “Dua-duanya petarung dibidangnya yakni petarung kemanusiaan. Jadi pasangan ini Tuhan mempersatukannya untuk membangun Kota Siantar,” ujarnya seraya mengatakan sayang jika orang Siantar tidak mendukung Asner – Susanti.
Robert Pardede juga yakin jika Asner Silalahi merupakan seorang yang spesialis dibidangnya dan dia tidak kaku menerapkan ilmunya untuk generalis. Diakhir perbincangan perihal dalam mendukung Asner dirinya telah melakukan surve selama dua bulan. “Saya tidak kenal Asner dan Asner tidak mengenal saya. Jadi saya tidak ada kepentingan karena saya sudah pensiun,”kata Robert Pardede mengakhiri.
Penulis/Editor : Freddy Siahaan
			




