JAKARTA
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait memberikan kritikan kepada Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto, untuk memberikan perlindungan dan pendampingan psikologi terhadap anak-anak Ferdy Sambo .
Ia mengatakan langkah Kak Seto tersebut tidak tepat lantaran anak Ferdy Sambo masih memiliki keluarga besar dan bukan yatim piatu.
“Saya kira pertama yang perlu diketahui bahwa anak Sambo itu kan bukan yatim piatu.Persoalan disini karena orang tuanya tersangkut hukum ,” ucapnya melalui releasenya, Minggu (28/8).
Dalam hal ini Arist pun mempertanyakan langkah Kak Seto yang memberikan perhatian besar kepada anak-anak Ferdy Sambo. Bahkan, hingga memberikan perlindungan dan pendampingan psikologis terhadap mereka.
“Saya juga belum melihat kok ada, pem-bully-an. Saya rasa semua orang menjaga kok anak-anak itu yang tidak tersangkut paut dengan kelakuan orang tuanya.Jadi, untuk apa kita ibarat mau melindungi anaknya,” kata Arist.
Menurut, pria yang lahir di Pematang Siantar menilai langkah itu tak lazim. Hal ini mengingat masih banyak anak-anak yang lebih membutuhkan perhatian dalam hal pendampingan psikologis dan hukum.
“Misalnya anak terduga teroris, dan sebagainya. Itu perlu mendapat perlindungan ,” kata Arist.
Ia mengatakan , kalau pun anak-anak Ferdy Sambo mendapat perundungan, maka negara harus hadir dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang seharusnya mengambil peran melindungi mereka.
“Seperti yang saya sampaikan dibeberapa media bahwa artinya negara harus hadir dalam situasi yang sekarang, bukan justru kita ambil alih anak itu,” ucapnya.
Dalam hal ini , Arist menyarankan, anak-anak Ferdy Sambo diserahkan kepada keluarganya. Anak-anak itu, katanya bukan yatim piatu dan bukan dari keluarga miskin.
“Saya kira untuk hidup sampai baik tidak kekurangan apa pun anak-anak itu ,” ujarnya.
Lanjut Arist menilai apa yang dialami anak-anak Ferdy Sambo bukanlah hal yang darurat hingga membutuhkan perlindungan dan pendampingan.
“Tentu saya sendiri tidak masuk ke wilayah itu, karena saya anggap dan saya nilai itu keluarga besar Sambo masih mampu untuk melindungi itu. Jadi kalau ada orang yang seolah-olah mau melindungi, ya bisa saja itu disebut pencitraan,” sebutnya.
“Sekali lagi itu bukan anak yatim piatu, itu dari keluarga kaya, Irjen loh,” katanya.
Menurut Arist, masih banyak anak yang harus ditolong, seperti anak korban kekerasan, keluarga miskin yang tidak mampu dan membutuhkan keadilan.
“Itu yang perlu kita lindungi. Tetapi bukan berarti (anak-anak Sambo) enggak penting ya, hanya saja saya sampai saat ini belum menerima laporan pem-bully-an anaknya Sambo,” katanya lagi.
Yang jelas, tegas Arist, keluarga besar Ferdy Sambo masih mampu mengurus anak-anak tersebut. Untuk itu, Arist meminta tidak perlu merasa menjadi pahlawan dengan mendampingi anak-anak Ferdy Sambo.
“Ada keluarganya, kita serahkan ke sana tanggung jawabnya, bukan diambil alih kita, bukan sok jadi pahlawan,” tegasnya.
“Nah, kalau anaknya Sambo ini kalau pun nanti dia dapat pem-bully-an atau sebagainya, itu harus negara yang ambil alih. Jangan kita yang ambil alih,” katanya.(*/ROM)