MEDAN II
Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Medan (UNIMED) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, Selasa (2/9/2025).
Namun, sebelum menyampaikan tuntuntan para mahasiswa mengheningkan cipta untuk korban yang meninggal dan mengalami luka atas unjuk rasa yang terjadi dalam beberapa hari ini.
Sejumlah tuntutan disuarakan salah satunya pengesahan Undang-Undang (UU) Perampasan Aset, pengesahan RUU Masyarakat Adat, menghentikan penulisan ulang sejarah Republik Indonesia oleh Fadli Zon, menaikkan gaji pokok dan tunjangan tenaga pendidik, memberikan perlindungan terhadap pers dan media, mengawal transparansi kenaikan anggaran pendidikan 2026, serta membebaskan teman-teman mereka yang ditangkap dalam unjuk rasa beberapa pekan terakhir khususnya di Polda Sumatera Utara.
Namun, usai membacakan tuntutan tersebut akhirnya Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti Sitorus hadir didampinggi Wakil Ketua DPRD Sumut, yakni Salman Alfarisi dan Ihwan Ritonga.
Saat itu, massa mahasiswa melakukan dialog hingga ketiga pimpinan DPRD Sumut duduk lesehan.
Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti Sitorus justru mendapat teriakan kritikan oleh mahasiswa.
Apalagi saat Erni menyampaikan ucapan selamat datang ke rumah rakyat.
“Selamat datang di rumah rakyat, gedung DPRD. Saya di sini hadir bersama 2 wakil pimpinan, Salman Alfarisi dari PKS dan Ikhwan Ritonga dari Gerindra,” ucapnya.
Perkataan Erni tersebut langsung mendapatkan sorakan dan teriakan dari massa.
“Bukan rumah rakyat ini, rumah rakyat tidak ada yang korupsi,” teriak massa.
Namun, Erni saat itu menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang telah terjadi.
“Kami memohon maaf atas kegaduhan yang terjadi selama ini. Untuk tuntutan ini kami terima dari kawan-kawan semua, tuntutan ini sebenarnya sudah disampaikan juga oleh kawan-kawan yang lain, artinya seluruh masyarakat Sumut menyampaikan tuntutan yang sama kepada kita,” katanya.
Namun, jawaban itu dinilai mahasiswa template dan tidak ada kepastian.
“Dari awal mahasiswa hadir di sini ( DPRD Sumut) jawaban selalu akan kami atau nanti kami.Berikan jawaban yang pasti,” kata salah satu mahasiswi.
Politisi Golkar itu mengatakan bahwa hingga 5 September 2025, masih akan ada aksi ke DPRD Sumut, sehingga pihaknya belum bisa merampungkan apa pun untuk disampaikan ke pusat.
Tapi Erni saat bicara kembali mendapat kritikan dan disoraki mahasiswa.
“Ini aksi sampai tanggal 5 September.Dan sesuai dengan arahan Mendagri sampai tanggal 5 September kita belum kemana-mana.Setelah tanggal ini baru semua tuntuntan dirampungkan, ” kata Erni yang kembali disoraki mahasiswa.
Tetap saja massa mahasiwa mendesak agar tuntuntan mendapat jawaban hingga akhirnya disepakati bahwa dalam kurun waktu 2×24 jam, Erni memberitahu mahasiswa soal perkembangan tuntutan itu.Dan tuntuntan mahasiswa diteken diatas matrai.
Mendapat jawaban ini, Erni meninggalkan massa dan sebaliknya mahasiswa membubarkan diri dengan tertib. (ROM)