PENDERITAAN Trismawan (36), komplit sudah.
Setelah puas ngeloni wanita selingkuhannya yang tak lain istri tetangga, dia pulang ke rumah.
Sampai di rumah, eh….dia malah pergoki istrinya kelonan dengan lelaki lain.
Melihat itu dia pun marah besar.
Biar tak salah langkah, fikirnya, dia mendatangi seorang kiai di Tangerang, untuk bertobat dan minta bimbingan.
Tapi belum sempat dapat mimbingan, dia malah ditangkap polisi.
Beginyi kisah ceritanya….
Banyak orang yang mengalami problem multi dimensi akibat kelakuannya sendiri.
Problem A belum selesai, sudah menyusul problem B.
Bagi orang yang beriman, itu dianggapnya sebagai cobaan.
Tapi bagi yang jauh dari ajaran agama, itu adalah sebuah kutukan.
Hukum karma dari perbuatannya sendiri, selama ini.
Trismawan warga Cipondoh Tangerang, sungguh merasa dililit problem multi dimensi.
Yang soal ini saja belum beres, sudah menyusul soal itu.
Padahal itu semua jika dirunut dan diusut, adalah bermula dari ulahnya sendiri.
Pepatah lama mengatakan: siapa menabur angin, pasti akan masuk angin sendiri.
Sebagai pekerja serabutan, duitnya memang tidak menentu.
Kemudian dia berkenalan dengan wanita juragan bakmi, Serly (42).
Lumayan cantik orangnya, agak gatelan juga kelakuannya.
Bagaimana tak disebut gatel, karena sudah punya suami masih juga suka mancing-mancing untuk berbuat mesum dengan Trismawan.
Sebetulnya Trismawan agak takut-takut juga, bagaimana jika sampai ketahuan suaminya.
Tapi karena Serly suka memberikan uang ekstra padanya, akhirnya diberani-beranikan juga.
Sebab jika puas pelayanannya, tip yang diterima lebih gede juga pada akhirnya.
Sebab Serly punya prinsip: kamu butuh benggol, aku butuh bonggol!
Tapi sebagai pekerja serabutan, Trismawan sering dalam kondisi tidak fit ketika melayani juragan bakmi itu.
Akhirnya sering mengecewakan rekanan.
Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, habis berpacu dalam birahi bersama Serly, Trismawan masih kena omel.
“Payah kamu, sudah barang kecil, kayak ayam pula!” kata wanita itu sambil membanding-bandingkan dengan PIL-PIL sebelumnya.
Trismawan sangat tersinggung dibully semacam itu.
Segini kok dianggap kecil, memangnya yang berdiameter tiang PLN apa?
Paling menyakitkan, masak orang ganteng seperti dirinya, kok dibilang seperti ayam.
Memangnya ada ayam pakai sepatu dan naik sepeda motor?
Karena berulang kali dicap seperti ayam dan barang kecil, Trismawan jadi naik pitam.
Dia ambil pisau dapur dan ditusukkan ke tubuh gendakannya itu.
Mati seketika juragan bakmi tersebut.
Habis mengeksekusi gendakan Trismawan kembali ke rumah kontrakannya di Cipondoh.
Sempai rumah, eh…..ada lagi masalah baru.
Ketika membuka pintu kamar, dipergoki istrinya tengah berhubungan intim dengan lelaki lain.
Marah lagi pada akhirnya.
Trismawan ambil pentungan.
Dua sosok manusia yang tengah berbagi cinta itu langsung dipentung plak-plak, dan ditinggal kabur.
Sambil mengendarai motor Trismawan menyadari bahwa ini semua akibat hukum karma.
Tukang menggauli bini orang, akhirnya bini sendiri juga digauli orang.
Kini dia merasa banyak berdosa dan merasa saatnya untuk bertobat.
Maka Trismawan kemudian mendatangi sebuah pesantren di Tenjo.
Kepada Pak Kiai dia bercerita bla bla bla….dan ingin bertobat, menjalani kehidupan baru.
Tapi sial, baru saja disuruh istirahat oleh Pak Ustadz, polisi sudah datang menjemput dan digelandang ke Polres Tangerang.
Baru mau bertobat, malah bakal kena landrat.
Discussion about this post