Beberapa di antara tetangga itu disalaminya sebelum kemudian masuk rumah.
Dilansir Tribun Medan, awal pertemuan keluarga itu berjalan dengan baik.
F sempat berbincang- bincang dengan ibunya dan Heny Wulandari, adik F yang tinggal di rumah itu bersama suaminya Jumingan yang akrab disapa Jun.
“Saksi (Heny) juga sempat melihat F memijat ibunya yang menurut saksi dalam kondisi tidak sehat. Namun entah bagaimana, suasana akrab itu berubah drastis. F tiba-tiba menodongkan senjata ke arah ibunya,” kata sumber.
Melihat itu, Jun, berupaya memisah dan menenangkan F. “Jangan begitu, Bang,” sebut Jun.
Namun F tidak mengindahkan dan mengalihkan todongan pistolnya ke arah Jun. “Kemudian ada letusan senjata,” ucap sumber.
Setelah suaminya bersimbah darah, Heny lari ke dalam kamar dan mengunci kamar lantaran ketakutan.
F mengejar Heny dan sempat menggedor pintu kamar. Namun ibu F, melarang Heny keluar dari kamar.
Usai melakukan penembakan, F keluar dari rumah dengan tangan yang masih menggenggam senjata. Dia membawa serta ibunya.
Polda Sumut telah meminta keterangan tiga saksi. Selain Heny Wulandari, polisi juga meminta keterangan dua warga setempat bernama (inisal) A dan E.
Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Kompol F.
Hingga saat ini, F masih menjalani pemeriksaan di Polda Sumut.





