SIANTAR
Jihan Marisa, bocah 5 tahun warga Jalan Sibolga Hutaimbaru Gang Kapling, Kelurahan Hutaimbaru, Kecamatan Padang Sidempuan Kota Padang Sidempuan kejang kejang dan tewas saat dititip dirumah mamak tirinya hari Kamis (10/10/2019) malam sekira pukul 21.00 Wib.
Nenek korban, boru Harahap ditemui diruangan jenajah RSUD dr Djasamen Saragih, Kota Siantara hari Jumat (11/10/2019) siang mengatakan korban merupakan cucu sematawayangnya yang masih duduk dibangku Taman Kanak Kanak (TK) dari hasil pernikahan putri sulungnya Noni boru Nasution (29) dan suaminya yang merupakan etnis thionghoa bernama Simsim (52). Hanya saja Noni sebagai isteri kedua Simsi karena Simsim telah menikah dengan seorang wanita etnis thionghoa dan sudah dikaruniai tiga orang anak. “Ini cucu sematawayang kami tapi isteri sulung ku itu isteri kedua. AKu tidak tahu nama isteri tua suaminya itu tapi etnis thionghoa juga,”ujarnya.
Dijelaskannya, hari Kamis (10/20/2019) siang korban dijemput bapaknya dan akan dibawa ke gudang truk pengangkutan yang merupakan usaha bapak nya itu. Takut terjadi keributan bila menolak korban dibawa membuat Noni pun memperbolehkan korban dibawa bapaknya itu. Tetapi bapaknya tidak membawa korban ke gudang melainkan dibawa dan dititip dirumah istri tua bapaknya yang terletak sekitar 20 meter dari rumah mereka.

Berselang sekitar 30 menit digudang, bapak korban ditelepon isteri tuanya dan diberitahu kalau korban kejang kejang. Bapak korban pun pulang kerumah itu dan isteri tua nya mengatakan korban kejang kejang karena keselek makan kacang. Korban pun dibawa ke RSU Metta Medika Padang Sidempuan. Namun malam harinya sekira pukul 21.00 Wib korban tidak bernyawa atau tewas.
Ibu korban dan keluarga merasa curiga tewasnya korban itu membuat laporan pengaduan ke Polres Padang Sidempuan dan meminta supaya dilakukan pemeriksaan luar dan dalam atau otopsi. Saat di kantor polisi itu salah seorang personil yang tidak diingat namanya mencoba menghalang halangi dilakukan otopsi dengan alasan otopsi baru bisa dilakukan setelah jenajah korban dikuburkan tiga hari.
“Mau diotopsi tidak bisa itu, mana bisa itu sekarang, kalau tidak besok, lusa. Kalau gak gini lah, kita kebumikan lah duluh. Kalau mau diotopsi kita bongkar lagi,”ujar boru Harahap mengulangi perkataan yang diucapkan oknum polisi yang mencoba menghalang halangi otopsi tersebut.
Tidak terima perkataan polisi itu, membuatnya melaporkan kepada Wakapolres Padang Sidempuan Kompol Matnur Dalimunthe yang masih tulang nya. Kompol Matnur pun datang ke Polres tetapi oknum polisi itu hanya bisa diam saja sehingga hari Jumat (11/10/2019) dini hari sekira pukul 02.00 Wib jenajah korban dibawa otopsi keruangan jenajah RSUD dr Djasamen Saragih, Kota Siantar.
“Kami curiga dengan tewasnya cucu kami ini karena mulutnya mengeluarkan buih dan aku menanyakan salah seorang anak pembantu dirumah isteri tua itu yang mengatakan dilarang memakan kacang yang diamakan korban,”katanya.
Boru Harahap menegaskan adanya penghalang halangan yang dilakukan oknum polisi yang tidak diketahui namanya itu membuatnya merasa takut pihak Polres Padang Sidempuan tidak serius mengusut tuntas kejadian tewasnya korban tersebut. “Dia (isteri tua-red) kenal semua polisi disana (Polres Padang Sidempuan) makanya oknum polisi itu tega menghalang halangi otopsi.
Sementara itu boru Purba (65) mewakili keluarga yang ikut keruangan jenajah itu membenarkan adanya perkataan oknum polisi yang mencoba menghalang halangi permintaan keluarga untuk dilakukan otopsi. “Aku juga tidak sempat melihat nama polisi itu, Malu lah dia semalam dengan perkataannya itu setelah dia bertemu si Matnur,”ujarnya.
Sedangkan Noni boru Nasution dan Simsim, orangtua korban sama sekali tidak bisa dikonfirmasi. Noni tidak henti hentinya menangis sembari jenajah korban selesai diotopsi. “Gak ada lagi semangat ku, gak ada lagi semangat ku hidup,”ujar Noni, ibu kandung korban dalam jerigan isak tangisnya.
Kepala Forensik RSUD dr Djasamen Saraigh, Kota Siantar, dr Reinhard J.D Hutahean, SH, SpF, MM ditemui diruangan kerjanya sore hari membenarkan telah dilakukan otopsi terhadap jenajah korban Jihan Marisa tersebut. Hanya saja untuk kepentingan penyelidikan, yang bisa disampaikan hasil otopsi masih akan dilakukan pemeriksaan Toksikologi dan Panatomi Analogi untuk mensingkronkan dengan segala sesuatu temuan otopsi.
“Toksikologi itu pemeriksaan zat racun sedangkan Patalogi Anatomi adalah untuk melihat organ organ secara seluler,”ujarnya.
Reinhard menambahkan, hasil dari visum luar yang bisa disampaikan dijumpai tanda tanda umum mati lemas. “Perihal ada atau tidaknya luka luka belum bisa kami sampaikan,”katanya singkat.
Penulis/Editor : Freddy Siahaan
Discussion about this post