SEKOLAH Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Tasikmalaya Jawa Barat didatangi petugas kepolisian. Hal ini terjadi usai adanya dugaan pelecehan seksual yang terjadi di sekolah tersebut saat sejumlah santri Pondok Pesantren Fajrul Islam mengikuti pelatihan polisi siswa.
Namun pihak sekolah membantah adanya pembinaan dan pelatihan polisi siswa yang mengarah kepada pelecehan seksual tersebut. “Tidak ada istilah dilucuti, anak-anak mungkin berusaha menerapkan kedisiplinan. Kami dari pihak sekolah minta maaf bila kejadian ini tidak berkenan bagi MA Fajrul Islam,” kata Kepsek SMAN 9 Kota Tasikmalaya, Elin.
Adapun dikatakan Pembina Pesantren Fajrul Islam Noer Sofiyan, pihak kecewa dengan kejadian yang menimpa para santrinya. Proses hukum yang tengah berjalan tidak akan dihentikan meski pihak SMAN 9 Tasikmalaya sudah menyampaikan permohonan maaf.
“Kita sangat terpukul mendengarnya. Kita tindak lanjuti kejadian itu dengan melapor ke polres. Kejadian ini menyakitkan bagi kami karena pesantren mendapat amanat dari orangtua santri,” ucap Noer, seperti dikutip dari Liputan6.com, Kamis (22/2).
Informasi dihimpun, sebanyak 22 siswi dari SMP Terpadu dan Madrasah Aliyah Fajrul Islam mengikuti pelatihan polisi siswa di sekolah tersebut pada Sabtu (17/2) lalu. Dalam ruangan kelas, pembina kegiatan tersebut meminta peserta berbaris dan berhadapan.
Peserta kemudian diminta membuka baju hingga tinggal pakaian dalam dan kemudian diberi waktu 30 detik untuk berganti seragam olahraga. Kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya, seorang santriwati di Tasikmalaya dituduh mencuri saat berbelanja di salah satu toko aksesoris.
Santriwati salah satu pesantren itu dituding mencuri lantaran alat detektor berbunyi ketika korban hendak keluar dari toko. Oleh petugas keamanan wanita, santriwati yang juga guru ngaji itu kemudian dibawa ke kamar mandi untuk digeledah.
Discussion about this post