FACEBOOK mengumbar jumlah data pribadi pengguna yang dicuri firma Cambridge Analytica.
Jika sebelumnya ditaksir mencapai 50 juta, ternyata angkanya lebih besar, yakni 87 juta.
Cambridge Analytica merupakan konsultan politik yang digunakan Donald Trump dalam kampanye pemenangan pilpres Amerika Serikat pada 2016.
Sebanyak 1 juta di antaranya adalah data pribadi pengguna Indonesia, sebagaimana tertera pada situs resmi Facebook Newsroom.
Menanggapi hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan sudah mulai berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai antisipasi penegakan hukum secepatnya.
“Penggunaan data yang tidak semestinya oleh penyelenggara sistem elektronik (PSE) bisa melanggar Peraturan Menteri (PM) Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi (PDP) dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),” katanya pada KompasTekno, Kamis (5/4).
“Sanksinya bisa mulai dari sanksi administrasi, sanksi hukuman badan sampai 12 tahun, dan sanksi denda sampai Rp 12 miliar,” ia menambahkan.
Menteri yang kerap disapa Chief RA tersebut mengatakan tak segan memblokir Facebook jika memang diperlukan.
Tentunya mekanisme ini harus melalui prosedur dan aturan yang berlaku di Indonesia.
“Jika pemerintah harus blokir, akan diblokir,” ujarnya.
Rudiantara sesumbar telah menelepon langsung pihak Facebook sejak 10 hari yang lalu.
Ia meminta jaminan Facebook sebagai PSE untuk taat dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Ia juga meminta penjelasan terkait kasus Cambridge Analytica, apakah berdampak pada pengguna Indonesia dan semasif apa dampaknya.
Hingga kini Facebook belum memberikan angka persisnya ke pemerintah meski angka itu sudah diumumkan secara publik.
Indonesia duduk di urutan ketiga dalam hal ini setelah Amerika Serikat dengan kebocoran data 70,6 juta pengguna Facebook dan Flipina dengan kebocoran data 1,1 juta pengguna Facebook.
Negara-negara lain dalam daftar lokasi kebocoran data pengguna Facebook termasuk Inggris, Meksiko, Kanada, India, Brasil, Vietnam, dan Australia yang masing-masing paling tidak mencatat angka ratusan ribu.
Hasil Pertemuan Kominfo dan Facebook Terkait Kebocoran Data Pengguna
MENTERI Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memanggil perwakilan Facebook Indonesia, Kamis (5/4).
Pemanggilan ini menyusul laporan terbaru Facebook terkait jumlah data pribadi pengguna yang dicuri firma Cambridge Analytica.
Sebanyak 1 juta data pengguna Indonesia masuk dalam total 87 juta data pengguna Facebook global yang dipegang Cambridge Analytica.
Firma tersebut merupakan konsultan politik yang membantu kampanye pemenangan Donald Trump dalam Pilpres 2016.
Dalam pertemuan tersebut, Menkominfo mengutarakan permintaan kepada Facebook untuk ditindaklanjuti terkait antisipasi kebocoran data pengguna di Indonesia.
“Ada beberapa hal sebagai tindak lanjut. Pertama, kami tekankan lagi semua media sosial termasuk Facebook harus complydengan aturan di Indonesia,” kata Rudiantara seusai pertemuan dengan Facebook.
“Kami juga minta Facebook sesegera mungkin untuk melakukan shutdown atas aplikasi yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, terutama kuis-kuis personality test yang model Cambridge Analytica. Itu dimatikan dulu di Indonesia,” ia menambahkan.
Kuis kepribadian yang marak beredar di Facebook adalah salah satu pintu masuk pengumpulan data pribadi pengguna oleh pengembang pihak ketiga.
Data itu kemudian bisa saja disalahgunakan untuk kepentingan tertentu, seperti yang dilakukan Cambridge Analytica.
Menkominfo juga meminta hasil audit terhadap aplikasi-aplikasi yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga tersebut.
Dari hasil audit akan bisa dilihat apakah berdampak buruk pada masyarakat Indonesia.
Public Policy Facebook, Ruben Hattari, mengatakan bakal segera menyampaikan permintaan pemerintah ke Facebook pusat.
Ia tak berjanji semuanya bisa dilaksanakan, tetapi pihaknya telah mengambil langkah-langkah solutif.
“Saya belum bisa memastikan dapat dilaksanakan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menkominfo menyarankan pengguna di Indonesia untuk sementara “puasa” dulu menggunakan media sosial.
“Kalau terpaksa pakai media sosial, dipilih-pilih dan hati-hati. Tunggu sampai semuanya berjalan dengan baik,” ujar Rudiantara.
sumber: kompas.com
Discussion about this post