CHINA DAN RUSIA kini memiliki rudal berteknologi canggih dan memiliki kecepatan 6.125 km per jam.
Meski masih dalam tahap pengembangan dan diperkirakan siap digunakan dalam dua tahun mendatang, namun kemunculan rudal tersebut tampaknya cukup membuat Amerika Serikat (AS) cemas.
Perwira berbintang empat di Komando Strategis Amerika Serikat, Jenderal John Hyten, yang bertanggung jawab atas persenjataan nuklir negeri Paman Sam itu mengingatkan bahwa AS hingga kini belum memiliki sistem untuk mendeteksinya dan menangkal senjata berbahan peledak itu.
“China sudah menguji coba kemampuan hipersonik. Rusia juga telah melakukan uji coba. Kita juga memiliki senjata sejenis. Kita membutuhkan sensor-sensor jenis baru untuk bisa mendeteksi ancaman hipersonik. Musuh-musuh kita sadar akan hal ini,” jelas Hyten sebagaimana dikutip dari CNN, Jumat (30/3).
Hyten dan pejabat militer AS lainnya mengatakan bahwa sistem radar serta satelit pendeteksi rudal yang jamak digunakan saat ini belum mampu mendeteksi senjata baru seperti rudal hipersonik.
“Kami telah menyaksikan mereka menguji kemampuan senjata hipersonik,” kata Hyten dalam sebuah pertemuan dengan dewan perwakilan rakyat atau kongres AS pada pekan lalu.
Hyten, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa mesli AS belum memiliki sistem pertahanan untuk menangkal serangan rudal hypersonic, namun pihaknya akan mengerahkan kekuatan nuklir untuk mencegah dan membalas jika diserang oleh senjata hipersonik.
Rudal hypersonic disebut bisa melesat ke luar angkasa setelah diluncurkan, tetapi kemudian turun kembali ke Bumi dalam kecepatan tinggi, melewati jalur yang lazim dilewati pesawat terbang.
Lintasan terbangnya yang rendah membuat rudal itu sukar dilacak oleh sistem satelit pertahanan serta radar-radar militer. Bahkan, senjata hipersonik yang diluncurkan dari China bisa mencapai AS hanya dalam waktu 14 menit.
Discussion about this post